Jumat, 13 September 2024

KERAJAAN MATARAM KUNO

 

KERAJAAN MATARAM KUNO 

Diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran sejarah

  Oleh:

 Nama : 1. Elsa Syahfitri

                2. NaJwa Safira Damanik

                3. Risti Yati

                4. Rehan Handoko 

Guru   : Dian  Ratna Putri S.Pd        

              

 

 

 

SEKOLAH MENENGAH ATAS SWASTA UISU

 PEMATANGSIANTAR

T/A 2024/2025







KATA PENGANTAR

 

 

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun judul makalah yang penulis ajukan adalah “KERAJAAN MATARAM KUNO

 

          Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran SejarahIndonesia. Dalam mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini, penulis tidak lepas dari berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi. Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat kelemahan dankekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran, kritik, serta masukannya yang bersifat membanguntentunya demi perbaikan dan pengembangan di dalam menyusun makalah di masa mendatang.

 

  

Pematang Siantar,     Agustus  2024








 

DAFTAR ISI

 

Kata Pengantar.......................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................    4

A.  Latar Belakang........................................................................................   4

B.  Rumusan Masalah.................................................................................... 4

C.  Tujuan...................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 5

A.  Sejara Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno............................................. 5

B.  Wilayah Kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno......................................... 5

C.  Raja yang Memimpin............................................................................... 6

D.  Kehidupan Di Masa Kerajaan Mataram Kuno........................................ 8

E.   Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno ....................................... ....... 9

F.   Kemunduran Kerajaan Mataram Kuno............................................ ..... 10

BAB III PENUTUP............................................................................................. 11

A.Kesimpulan............................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 12

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang

  Nama Kerajaan Mataram Kuno ditemukan pada prasasti yang bertuliskan angka 907 yang dikenal sebagai prasasti Mantyasih. Didalam Prasasti Mantyasih dijelaskan bahwa penguasa pertama kerajaan Mataram Kuno atau Medang adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka 907 M dengan menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isinya berupa daftar silsilah raja-raja Mataram Kuno yang mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, rakai Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang. Gelar Ratu disini bukan berarti penguasa itu seorang perempuan, melainkan istilah Ratu, Rakai, dan Bhre merupakan istilah asli dari nusantara untuk menyebut seorang penguasa.

  Pada masa Kerajaan Mataram Kuno sendiri memiliki dua sumber sejarah yang menjadi bukti berdirinya Kerajaan Mataram Kuno, yaitu Prasasti dan Candi-candi yang masih ada saat ini. Adapun Prasasti tersebut ialah Prasasti Canggal, yang ditemukan di dalam halaman Candi Guning Wukir yang terletak di desa Canggal bertuliskan angka tahun 732 M. Kemudian, Prasasti Kalasan ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta bertuliskan angka tahun 778 M, dan ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) serta berbahasa Sansekerta. Dan, Prasasti Mantyasih ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka 907 M dengan menggunakan bahasa Jawa Kuno. Serta, Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782 M.

  Candi Peninggalan masa Kerajaan Mataram Kuno salah satunya adalah Candi Ijo. Candi Ijo merupakan situs prasejarah peninggalan budaya Hindu. Candi Ijo terletak di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta

 

B.            Rumusan Masalah

1.         Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Mataram  Kuno ?

2.         Dimana lokasi dan wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram  Kuno?

3.         Bagaimana kehidupan di Kerajaan Mataram  Kuno?

4.         Siapa sajakah yang  pernah menjadi Raja di Kerajaan Mataram  Kuno ?\

5.         Darimana saja sumber sejarah Kerajaan Mataram  Kuno ?

6.         Bagaimana runtuhnya Kerajaan Mataram  Kuno ?

 

C.     Tujuan

1.                   Untuk  membantu  mempermudah  pembelajaran, serta melengkapi pematerian

2.         Kita bisa mengenal dan mengetahui sejarah Kerajaan Tarumanegara.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.      Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno

     Pada abad ke-8 di pedalaman Jawa Tengah berdiri Kerajaan Mataram Hindu. Pendirinya adalah Raja Sanjaya. Munculnya Kerajaan Mataram diterangkan dalam Carita Parahyangan. Kisahnya adalah dahulu ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Galuh. Rajanya bernama Sanna (Sena). Suatu ketika, ia diserang oleh saudaranya yang menghendaki takhta. Raja Sanna meninggal dalam peristiwa tersebut, sementara saudara perempuannya, Sannaha, bersama keluarga raja yang lainnya berhasil melarikan diri ke lereng Gunung Merapi. Anak Sannaha, Sanjaya, di kemudian hari mendirikan Kerajaan Mataram dengan ibu kota Medang ri Poh Pitu. Tepatnya pada tahun 717 M.

 

B.       Wilayah Kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno


 

     Letak Kerajaan Mataram Kuno berada di Jawa Tengah sebelum akhirnya berpindah ke Jawa Timur. Kerajaan ini mulanya didirikan oleh Raja Sanjaya, dan tahtanya dilanjutkan sejumlah dinasti Syailendra dan dinasti Isyana setelah meninggalnya sang pendiri kerajaan. Kata “Mataram” sendiri diambil dari Bahasa Sansekerta “Matr” yang memiliki arti sebagai “ibu”. Banyak sejarawan yang mendeskripsikannya Kerajaan Mataram Kuno sebagai bentuk personifikasi sosok ibu yang melambangkan kehidupan, alam dan lingkungan. Selain terkenal dengan nama “Mataram Kuno”, kerajaan ini juga banyak disebut dengan istilah “Medang” oleh penduduk Jawa. Istilah Medang ini muncul dari berbagai prasasti yang ditemukan di berbagai lokasi di sekitar Jawa Tengah dan juga di Jawa Timur. Setelah ditelaah, Kata Medang tersebut rupanya mengacu kepada sebuah keraton bernama keraton Medang yang terletak di wilayah Kerajaan Mataram.

     Etimologi atau asal-muasal nama “Medang” diperkirakan berasal dari nama pohon “medang”, pohon yang berasal dari wilayah tersebut yang dikenal keras dan kokoh. Banyak pengamat sejarah mengatakan kalau perekonomian Kerajaan Mataram Kuno sangat bergantung pada pertanian, khususnya pertanian padi. Kerajaan Mataram Kuno juga mendapat keuntungan dari perdagangan maritim ke sejumlah kerajaan dari negara lain. Selain itu, menurut sumber-sumber asing dan temuan arkeologi, Kerajaan Mataram Kuno diduga memiliki jumlah penduduk yang banyak dan tidak sedikit dari mereka berkehidupan cukup makmur.

 

C.      Raja Yang Berkuasa

     Raja-raja wangsa Sanjaya, seperti dimuat dalam prasasti Mantyasih (Kedu), sebagai berikut.

1.      Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (717 – 746 M)

     Raja ini adalah pendiri Kerajaan Mataram sekaligus pendiri wangsa Sanjaya. Setelah wafat, ia digantikan oleh Rakai Panangkaran.

2.      Sri Maharaja Rakai Panangkaran (746 – 784 M)

     Dalam prasasti Kalasan (778 M) diceritakan bahwa Rakai Panangkaran (yang dipersamakan dengan Panamkaran Pancapana) mendirikan candi Kalasan untuk memuja Dewi Tara, istri Bodhisatwa Gautama, dan candi Sari untuk dijadikan wihara bagi umat Buddha atas permintaan Raja Wisnu dari dinasti Syailendra. Ini menunjukkan bahwa pada masa pemerintahan raja ini datanglah dinasti Syailendra dipimpin rajanya, Bhanu (yang kemudian digantikan Wisnu), dan menyerang wangsa Sanjaya hingga melarikan diri ke Dieng, Wonosobo. Selain itu, Raja Panangkaran juga dipaksa mengubah kepercayaannya dari Hindu ke Buddha. Adapun penerus wangsa Sanjaya setelah Panangkaran tetap beragama Hindu

3.      Sri Maharaja Rakai Panunggalan (784 – 803 M)

4.      Sri Maharaja Rakai Warak (803 – 827 M)

     Dua raja ini tidak memiliki peran yang berarti, mungkin karena kurang cakap dalam memerintah sehingga dimanfaatkan oleh dinasti Syailendra untuk berkuasa atas Mataram. Setelah Raja Warak turun takhta sebenarnya sempat digantikan seorang raja wanita, yaitu Dyah Gula (827 – 828 M), namun karena kedudukannya hanya bersifat sementara maka jarang ada sumber sejarah yang mengungkap peranannya atas Mataram Hindu.

5.      Sri Maharaja Rakai Garung (828 – 847 M)

     Raja ini beristana di Dieng, Wonosobo. Ia mengeluarkan prasasti Pengging (819 M) di mana nama Garung disamakan dengan Patapan Puplar (mengenai Patapan Puplar diceritakan dalam prasasti Karang Tengah – Gondosuli).

6.         Sri Maharaja Rakai Pikatan (847 – 855 M)

     Raja Pikatan berusaha keras mengangkat kembali kejayaan wangsa Sanjaya dalam masa pemerintahannya. Ia menggunakan nama Kumbhayoni dan Jatiningrat (Agastya). Beberapa sumber sejarah yang menyebutkan nama Pikatan sebagai berikut.

a.    Prasasti Perot, berangka tahun 850 M.

b.    Prasasti Argopuro yang dikeluarkan Kayuwangi pada tahun 864 M.

c.    Tulisan pada sebelah kanan dan kiri pintu masuk candi Plaosan menyebutkan nama Sri Maharaja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan. Diduga tulisan tersebut merupakan catatan perkawinan antara Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan. Sri Kahulunan diduga adalah Pramodawarhani, putri Samaratungga, dari dinasti Syailendra. Mengenai pernikahan mereka dikisahkan kembali dalam prasasti Karang Tengah.

    

 

     Rakai Pikatan sendiri mengeluarkan tiga prasasti berikut.

a.    Prasasti Pereng (862 M), isinya mengenai penghormatan kepada Syiwa dan penghormatan kepada Kumbhayoni.

b.    Prasasti Code D 28, berangka tahun Wulung Gunung Sang Wiku atau 778 Saka (856 M). Isinya adalah

1)      Jatiningrat (Pikatan) menyerahkan kekuasaan kepada putranya, Lokapala (Kayuwangi dalam prasasti Kedu);

2)      Pikatan mendirikan bangunan Syiwalaya (candi Syiwa), yang dimaksud adalah candi Prambanan;

3)      kisah peperangan antara Walaputra (Balaputradewa) melawan Jatiningrat (Pikatan) di mana Walaputra kalah dan lari ke Ungaran (Ratu Boko).

c.    Prasasti Ratu Boko, berisi kisah pendirian tiga lingga sebagai tanda kemenangan. Ketiga lingga yang dimaksud adalah Krttivasa Lingga (Syiwa sebagai petapa berpakaian kulit harimau), Trymbaka Lingga (Syiwa menghancurkan benteng Tripura yang dibuat raksasa), dan Hara Lingga (Syiwa sebagai dewa tertinggi atau paling berkuasa).

7.      Sri Maharaja Kayuwangi (855 – 885 M)

     Nama lain Sri Maharaja Kayuwangi adalah Lokapala. Ia mengeluarkan, antara lain, tiga prasasti berikut.

a.    Prasasti Ngabean (879 M), ditemukan dekat Magelang. Prasasti ini terbuat dari tembaga.

b.    Prasasti Surabaya, menyebutkan gelar Sajanotsawattungga untuk Kayuwangi.

c.    Prasasti Argopuro (863 M), menyebutkan Rakai Pikatan pu Manuku berdampingan dengan nama Kayuwangi.

                        Dalam pemerintahannya, Kayuwangi dibantu oleh dewan penasihat merangkap staf pelaksana yang terdiri atas lima orang patih. Dewan penasihat ini diketuai seorang mahapatih.

8.      Sri Maharaja Watuhumalang (894 – 898 M)

     Masa pemerintahan Kayuwangi dan penerus-penerusnya sampai masa pemerintahan Dyah Balitung dipenuhi peperangan perebutan kekuasaan. Itu sebabnya, setelah Kayuwangi turun takhta, penggantinya tidak ada yang bertahan lama. Di antara raja-raja yang memerintah antara masa Kayuwangi dan Dyah Balitung yang tercatat dalam prasasti Kedu adalah Sri Maharaja Watuhumalang. Raja-raja sebelumnya, yaitu Dyah Taguras (885 M), Dyah Derendra (885 – 887 M), dan Rakai Gurunwangi (887 M) tidak tercatat dalam prasasti tersebut mungkin karena masa pemerintahannya terlalu singkat atau karena Balitung sendiri tidak mau mengakui kekuasaan mereka

8.      Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung (898 – 913 M)

     Raja ini dikenal sebagai raja Mataram yang terbesar. Ialah yang berhasil mempersatukan kembali Mataram dan memperluas kekuasaan dari Jawa Tengah sampai ke Jawa Timur. Dyah Balitung menggunakan beberapa nama:

a.    Balitung Uttunggadewa (tercantum dalam prasasti Penampihan),

b.    Rakai Watukura Dyah Balitung (tercantum dalam kitab Negarakertagama),

c.    Dharmodaya Mahacambhu (tercantum dalam prasasti Kedu), dan

d.   Rakai Galuh atau Rakai Halu (tercantum dalam prasasti Surabaya).

     Prasasti-prasasti yang penting dari Balitung sebagai berikut.

a.    Prasasti Penampihan di Kediri (898 M).

b.    Prasasti Wonogiri (903 M).

c.    Prasasti Mantyasih di Kedu (907 M).

d.   Prasasti Djedung di Surabaya (910 M).

     Tiga jabatan penting yang berlaku pada masa pemerintahan Balitung adalah Rakryan i Hino (pejabat tertinggi di bawah raja), Rakryan i Halu, dan Rakryan i Sirikan. Ketiga jabatan itu merupakan tritunggal dan terus dipakai hingga zaman Kerajaan Balitung digantikan oleh Sri Maharaja Daksa dan diteruskan oleh Sri Maharaja Tulodhong dan Sri Maharaja Wana. Namun, ketiga raja ini sangat lemah sehingga berakhirlah kekuasaan dinasti Sanjaya

 

D.      Kehidupan Masa Kerajaan Mataram Kuno

1.     Kehidupan ekonomi

          Kerajaan Mataram Kuno merupakan negara agraris yang bersifat tertutup. Akibatnya, kerajaan ini sulit berkembang secara ekonomi, terutama karena segi perdagangan dan pelayaran sangat kering. Kejayaan baru diperoleh pada masa pemerintahan Balitung. Ia membangun pusat perdagangan seperti disebutkan dalam prasasti Purworejo (900 M). Dalam prasasti Wonogiri (903 M) diterangkan bahwa desa-desa yang terletak di kanan-kiri Sungai Bengawan Solo dibebaskan dari pajak dengan syarat penduduk desa tersebut harus menjamin kelancaran hubungan lalu lintas melalui sungai

2.    Kehidupan Politik

          Untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya, Mataram Kuno menjalin kerjasama dengankerajaan tetangga, misalnya Sriwijaya, Siam dan India. Selain itu, Mataram Kuno jugamenggunakan sistem perkawinan politik. Misalnya pada masa pemerintahan Samaratungga yang berusaha menyatukan kembali Wangsa Sailendra dan Wangsa Sanjaya dengan cara anaknya yang bernama Pramodyawardhani (Wangsa Sailendra) dinikahkan dengan Rakai Pikatan (WangsaSanjaya). Wangsa Sanjaya merupakan penguasa awal di Kerajaan Mataram Kuno, sedangkanWangsa Sailendra muncul setelahnya yaitu mulai akhir abad ke-8 M. Dengan adanya perkawinan politik ini, maka jalinan kerukunan beragama antara Hindu (Wangsa Sanjaya) dan Buddha (WangsaSailendra) semakin erat

3.         Kehidupan Sosial

          Kerajaan Mataram Kuno meskipun dalam praktik keagamaannya terdiri atas agama Hindu danagama Buddha, masyarakatnya tetap hdup rukun dan saling bertoleransi. Sikap itu dibuktikan ketikamereka bergotong royong dalam membangun Candi Borobudur. Masyarakat Hindu yangsebenarnya tidak ada kepentingan dalam membangun Candi Borobudur, tetapi karena sikaptoleransi dan gotong royong yang telah mendarah daging turut juga dalam pembangunan tersebut.Keteraturan kehidupan sosial di Kerajaan Mataram Kuno juga dibuktikan adanya kepatuhanhukum pada semua pihak. Peraturan hukum yang dibuat oleh penduduk desa ternyata juga dihormati dan dijalankan oleh para pegawai istana. Semua itu bisa berlangsung karena adanyahubungan erat antara rakyat dan kalangan istana. Kehidupan sosial Kerajaan Syailendra tidak diketahui secara pasti. Namun, melalui bukti-bukti peninggalan berupa candi-candi, para ahli menafsirkan bahwa kehidupan sosial masyarakatKerajaan Syailendra sudah teratur. Hal ini dilihat melalui cara pembuatan candi yang menggunakantenaga rakyat secara bergotong-royong. Di samping itu, pembuatan candi ini menunjukkan betaparakyat taat dan mengkultuskan rajanya.

4.         Kehidupan Agama

          Kerajaan Mataram pernah diperintah oleh Dinasti Sanjaya dan Dinasti Sailendra. DinastiSanjaya beragama Hindu dengan pusat kekuasaannya di utara. Hasil budayanya berupa candi-candi,seperti Gedong Sanga dan Kompleks Candi Dieng. Sebaliknya, Dinasti Sailendra beragama Bundhadengan pusat kekuasaannya di daerah selatan. Hasil budayanya , seperti Candi Borobudur, Mendut,dan Pawon.Semula terjadi perebutan kekuasan, namun kemudian terjalin persatuan ketika terjadi perkawinan antara Pikatan (Sanjaya) beragama Hindu dengan Pramodhawardhani (Sailendra) beragama Buddha. Sejak itu agama Hindu dan Buddha hidup berdampingan secara damai. Hal inimenunjukkan betapa besar jiwa toleransi bangsa Indonesia. Toleransi ini merupakan salah sifatkepribadian bangsa Indonesia yang wajib kita lestarikan agar tercipta kedamaian, ketenteraman dan kesejahteraan

 

E.       Sumber Sejarah  Kerajaan Mataram Kuno

       Sebagai salah satu kerajaan terbesar di Indonesia, mataram banyak sekalimeninggalkan benda-benda bersejarah, termasuk juga prasasti. Dan berikut diantaranya:

1.         Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa sanskerta berangka tahun 723 M, menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja.

2.         Prasasti Kalasan, ditemukan di desa kalasan yogyakarta berangka 778 M, ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sanskerta.

3.         Prasasti Mantyasih di temukan di Mantyasih, Kedu, Jawa Tengah berangka tahun 907 M menggunakan bahasa Jawa Kuno.
Prasasti Klurak, ditemukan di Desa Prambanan berangka tahun 782 M ditulis huruf Pranagari dan bahasa Sanskerta.

          Candi-candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi, Prambanan, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Sojiwan, Candi Barong dan tentunya yang paling kolosal adalah Candi Borobudur.


 

 

 

 

 

F.       Kemunduran Mataram Kuno

     Peranan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah mundur ketika pusat kekuasaannya pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Ada beberapa pendapat mengenai pemindahan pusat kerajaan ini. Pendapat lama mengatakan bahwa pemindahan pusat kerajaan ini sehubungan dengan adanya bencana alam berupa banjir atau gunung meletus atau adanya wabah penyakit. Namun, pendapat ini tidak dapat dibuktikan sebab tidak didukung oleh bukti-bukti sejarah. Pendapat lain menyebutkan bahwa rakyat menyingkir ke Jawa Timur akibat adanya paksaan terhadap para penganut Hindu untuk membangun candi Buddha.

     Pendapat baru menyebutkan dua faktor berikut.

1.      Keadaan alam bumi Mataram yang tertutup secara alamiah berakibat negara ini sulit berkembang. Sementara, keadaan alam Jawa Timur lebih terbuka untuk perdagangan luar, tidak ada pegunungan atau gunung yang merintangi, bahkan didukung adanya Sungai Bengawan Solo dan Brantas yang memperlancar lalu lintas dari pedalaman ke pantai. Apalagi, alam Jawa Timur belum banyak diusahakan sehingga tanahnya lebih subur dibandingkan dengan tanah di Jawa Tengah.

2.      Dari segi politik, ada kebutuhan untuk mewaspadai ancaman Sriwijaya, terutama karena Sriwijaya pada saat itu dikuasai dinasti Syailendra. Sebagai antisipasinya, pusat kerajaan perlu dijauhkan dari tekanan Sriwijaya. Ketika Sriwijaya sungguhsungguh menyerang pada pertengahan abad ke-10, Mpu Sindok dapat mematahkannya. Tetapi, serangan Sriwijaya berikutnya dibantu Raja Wurawari pada tahun 1017 menghancurkan Mataram yang saat itu dipimpin Dharmawangsa. Kerajaan Mataram yang kedua berdiri kembali di Jawa Tengah pada abad ke-16, kali ini telah beragama Islam

 

 


BAB III

PENUTUP

 

A.      Kesimpulan

Nama Kerajaan Mataram Kuno awalnya ditemukan pada Prasasti Mantyasih 907 M. Didalam Prasasti itu dijelaskan bahwa penguasa pertama Kerajaan Mataram Kuno yaitu Sang Ratu Sanjaya. Kerajaan Mataram Kuno memiliki dua bukti sumber sejarah yaitu Prasasti dan Candi sebagai sumber awal berdirinya Kerajaan tesebut. Salah satunya Prasasti Canggal dan candi Ijo. Candi Ijo terletak di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten DIY. Candi Ijo dibangun di atas Bukit Ijo dengan ketinggian 357,4 m di atas permukaan laut. Berdasarkan jenis arca yang ditemukan. Candi Ijo merupakan candi Hindu dan dibangun pada zaman Megalitikum atau zaman kebudayaan batu (2500-1000) sebelum masehi) karena mempunyai struktur bangunan punden berundak. Candi Ijo berbahan batuan asal Andesit yang berasal dari Gunung. Batu Andesit terbentuk dari batuan beku dari magma dengan temperatur 900-1100 derajat Celcius. Manusia pendukung pada peradaban Kerajaan Mataram Kuno yaitu manusia hidup pada masa Kerajaan Mataram Kuno dan menghasilkan kebudayaan seperti Prasasti-prasasti dan Candi-candi yang sekrang menjadi sumber bukti sejarah awal berdirinya Kerajaan tersebut

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Cakrawala_sejarah_SMA_XI_Bahasa_Wardaya.pdf  diakses, 10 september 2024 15.00

Kehidupan-Politik-Ekonomi-Sosial-Dan-Agama-Masyarakat-Kerajaan-Mataram-Kuno diakses, 10 september 2024 15.15

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Susanti, N. (2010).

Airlangga: Biografi Raja Pembaru Jawa Abad XI. Depok: Komunitas Bambu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KERAJAAN MATARAM KUNO

  KERAJAAN MATARAM KUNO  Diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran sejarah    Oleh:   Nama : 1. Elsa Syahfitri                 2. NaJ...